Posts
000000
"Lim, besok kita ke Dufan nyok!" kata Indra si anak pentolan basket, ke sobat karibnya Calvin Lim. "ah kayak orok aja lu masih maenin dufan. ogah! gw mau nonton bioskop." jawab Lim sambil ngotak-ngatik magic cube. "Film mulu yang ada di otak lu. kale-kale keluarlah." bujuk Indra sambil liat-liat foto di kamera digitalnya. "ngabisin waktu ah, mending nonton. filmnya seru, bisa dipetik maknanya, plus sebagai anak perfilman kita sekalian bisa belajar kan cuy." kata Lim ringan. Indra cuma narik napas panjang sambil angguk-angguk kepala. memang si anak satu ini udah Movie Freak banget. kalo gak nonton Film terbaru yang ada di bioskop, pasti panas dingin dan berperilaku aneh. kadang suka murung dan autis sendiri, atau sering nyanyi-nyanyi tengah malem. anehlah pokoknya.
"Tentang apa film-nya?" tanya Indra lagi.
"cerita romance"
"oh..judulnya?"
"The Piece of The Little Things." jawab Lim sambil nyengir. indra-pun ngeliat sobat lamanya itu. dikernyitkan dahinya sambil natap heran si Lim. "ehem.." si Indra berdehem misterius. Lim cuma liat dengan tatapan nakalnya. "ehem..ehm..banyak peminatnya nih Film?". "ya..begitulah. sold out terus. susah dapet tiketnya."
jawab Lim dengan muka cuek yang dibuat-buat. "lima puluh rebu." kata Indra mendadak. "ngantrinya pegel." jawab Lim singkat. "100 gw ama Chika. YA!!" kata Indra tiba-tiba. bikin si latah Lim ini bilang iya-iya. "ah gak fair lu. mempergunakan latah gw!" protes lim sambil manyun-manyun. "yey salah sendiri latah. yang penting gw ama chika bisa baekan lagi..hihihi. thanks fren." kata indra sambil meluk-meluk sahabatnya. dengan terpaksa Lim ngasih dua tiket ke indra. memang Lim sengaja beli tiga tiket. satu buat dia, dua lagi buat indra ama chika. Lim tau kalo indra ama chika berantem gara-gara chika ngoto pengen nonton ni film, tapi indra selau gak mau ngantre buat dapetin tiketnya, beli online aja dia ogah, apa lagi ngantre.
hari ini tanggal 3 juli. hujan deras sudah menunggu mangsanya di luar san. dengan ragu-ragu Lim melihat keluar dari jendela kamar tidurnya. ditekannya nomor 6 pada ponsel BB-nya. tuut...tuut.. suara menunggu panggilan terdengar samar-samar karna suara hujan.
"hallo. napa Lim?" kata orang di seberang sana.
"hujan ndra." jawab Lim.
"nenek-nenek manjat tebing juga tau kalo sekarang hujan. Lim..Lim.."
"ya jelas tau lah. orang doi di tebing. lebih jelas lagi kerasanya"
"terus?"
"terus ya lu jemput gw."
"ogah. gw kan ama chika tersayang"
"lu tau sendiri gw takut nyetir kalo ujan deres"
"o-g-a-h. ogah. bye" kata indra lalu memutuskan telepon. dengan kesal Lim membanting BB-nya ke kasur. "sialan! pacar diduluin. temen apa itu. nyesel gw beli tiket.". akhirnya Lim memutuskan untuk menunggu hujan reda. tapi sayangnya hujan itu tidak kunjung reda. tidak sampai esok pagi.
"kamu gak nyesel lim?" tanya mamanya lim, andrea.
"ngak mah." lim jawab dengan nada lesu.
"mama kenal kamu loh, lim. lagian gak nyambung dari perfilman masuknya kedokteran. jangan force otak kamu itu. kamu masih muda lim. nikmatin hidup kamu." tante andrea mengusap-usap kepala anaknya dengan lembut.
"lagian kan lim masuknya kedokteran ahli bedah ma. jadi asik. korea kan terkenal plastic surgerynya. lagian lim gak mau keingetan indra." jawab lim lirih.
"kamu tuh. romantis amat sih ama indra. ckckck. kamu mending pergi ke bioskop sama in jeung gih.. nih tiketnya. film baru loh lim." bujuk tante andrea.
"ogah mah. lim capek."
"ah cepetan sana. mama kan udah janji ama mamanya in jeung!" tante andrea marahin lim dengan bekacak pinggang.
"ih mama! iya, iya!" sahut lim ketika neliat mamanya udah seserem hantu sadako.
jawab Lim dengan muka cuek yang dibuat-buat. "lima puluh rebu." kata Indra mendadak. "ngantrinya pegel." jawab Lim singkat. "100 gw ama Chika. YA!!" kata Indra tiba-tiba. bikin si latah Lim ini bilang iya-iya. "ah gak fair lu. mempergunakan latah gw!" protes lim sambil manyun-manyun. "yey salah sendiri latah. yang penting gw ama chika bisa baekan lagi..hihihi. thanks fren." kata indra sambil meluk-meluk sahabatnya. dengan terpaksa Lim ngasih dua tiket ke indra. memang Lim sengaja beli tiga tiket. satu buat dia, dua lagi buat indra ama chika. Lim tau kalo indra ama chika berantem gara-gara chika ngoto pengen nonton ni film, tapi indra selau gak mau ngantre buat dapetin tiketnya, beli online aja dia ogah, apa lagi ngantre.
hari ini tanggal 3 juli. hujan deras sudah menunggu mangsanya di luar san. dengan ragu-ragu Lim melihat keluar dari jendela kamar tidurnya. ditekannya nomor 6 pada ponsel BB-nya. tuut...tuut.. suara menunggu panggilan terdengar samar-samar karna suara hujan.
"hallo. napa Lim?" kata orang di seberang sana.
"hujan ndra." jawab Lim.
"nenek-nenek manjat tebing juga tau kalo sekarang hujan. Lim..Lim.."
"ya jelas tau lah. orang doi di tebing. lebih jelas lagi kerasanya"
"terus?"
"terus ya lu jemput gw."
"ogah. gw kan ama chika tersayang"
"lu tau sendiri gw takut nyetir kalo ujan deres"
"o-g-a-h. ogah. bye" kata indra lalu memutuskan telepon. dengan kesal Lim membanting BB-nya ke kasur. "sialan! pacar diduluin. temen apa itu. nyesel gw beli tiket.". akhirnya Lim memutuskan untuk menunggu hujan reda. tapi sayangnya hujan itu tidak kunjung reda. tidak sampai esok pagi.
000000
hari ini tanggal 4 juli. hari jumat. seperti yang lainnya, Lim juga memakai setelan hitam elegant. rambutnya disisir rapi, sepatunya megkilat, dan kaca matanya telah dibersihkan. tanpa ekspresi, Lim memandang sahabatnya, Indra. dia tak mempedulikan senyum getir munafik ataupun jeritan-jeritan tangis tante Soraya. yang ia ingin pedulikan hanya Indra, Indra yang dulu enerjik, yang tembakan three-pointnya tak pernah meleset, kini tertidur dengan balutan tuxedo mahal yang dulunya dibeli untuk acara prom night akhir juli ini. dengan senyum anggunnya dan wajah yang telah memucat, indra benar-benar terlihat seperti bangsawan-bangsawan inggris yang pernah Lim liat di buku berjudul World History. dan mereka sama-sama telah meninggal. Indra dan bangsawan-bangsawan itu.
tiga hari setelah kepergian Indra, Lim-pun pindah sekolah. sampai saat ini Lim tidak bernafsu untuk mencari tahu bagaimana cara Indra meninggal, dia bahkan tidak bertanya kepada Chika perihal kejadian tersebut. Lim menutup telinga rapat-rapat atas gosip-gosip tentang kematian Indra yang beredar di sekolahnya.
hari ini hari senin tanggal 7 juli. lim dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Busan, Korea. lim bermaksud untuk memperdalam bahasa koreanya di sana sekaligus belajar tentang kebudayaannya. industri perfilman telah ditinggalkannya seperti ia meninggalkan indra dan jakarta. lim memutuskan untuk memasuki fakultas kedokteran di seol. meski itu berarti ia harus bolak-balik busan-seol. namun perjalanan bolak-balik busan-seol-lah yang menjadi terapi alan untuk melupakan kejadian tentang indra.tiga hari setelah kepergian Indra, Lim-pun pindah sekolah. sampai saat ini Lim tidak bernafsu untuk mencari tahu bagaimana cara Indra meninggal, dia bahkan tidak bertanya kepada Chika perihal kejadian tersebut. Lim menutup telinga rapat-rapat atas gosip-gosip tentang kematian Indra yang beredar di sekolahnya.
"kamu gak nyesel lim?" tanya mamanya lim, andrea.
"ngak mah." lim jawab dengan nada lesu.
"mama kenal kamu loh, lim. lagian gak nyambung dari perfilman masuknya kedokteran. jangan force otak kamu itu. kamu masih muda lim. nikmatin hidup kamu." tante andrea mengusap-usap kepala anaknya dengan lembut.
"lagian kan lim masuknya kedokteran ahli bedah ma. jadi asik. korea kan terkenal plastic surgerynya. lagian lim gak mau keingetan indra." jawab lim lirih.
"kamu tuh. romantis amat sih ama indra. ckckck. kamu mending pergi ke bioskop sama in jeung gih.. nih tiketnya. film baru loh lim." bujuk tante andrea.
"ogah mah. lim capek."
"ah cepetan sana. mama kan udah janji ama mamanya in jeung!" tante andrea marahin lim dengan bekacak pinggang.
"ih mama! iya, iya!" sahut lim ketika neliat mamanya udah seserem hantu sadako.
00000
"annyeong hasimnnika. (selamat siang)" sapa lim, ketika ngeliat tante Kim lagi duduk di depan rumahnya.
"ooo. limi. nega gwa uri in jeungi yonghwarul kagessumnikka? (kamu dan in jeung mau pergi nonton flm?"
"ne, (iya).
"come in-come in." ajak si tante pake bahasa inggris yang kedengerannya seperti kame ine-keme ine
"hee" gumam lim, terus ikut langsung masuk ke dalam rumah. sebenernya lim belom kenal deket ama keluarga kim ini. cuma dulu mamanya lim memang sempet kerja di korea dan rekanan ma papanya si in jeung ini. terus jadi deket ama keluarga kim ini deh.
"ommo! calvin lim?" seru oom kim yang lagi baca koran di ruang tamu.
"eoh. annyeonghasimnikka, ajassi. (selamat siang paman)" sapa lim.
"kamu ternyata lebih cakep dari yang oom bayangin ya! sini duduk. kita ngobrol." seru si oom pake bahasa indonesia. "kata mama kamu, kamu gak bisa bahasa korea. tapi tuh bisa.". si lim langsung bengong, kaget waktu denger bahasa indonya si oom fasih dan gaul abis.
"ah oom. yang gampang-gampang aja." sahut lim sambil ngusap-usap kepalanya sendiri.
"kuliah kamu gimana? susah dong kalo pake korea?"
"majornya cuma inggris ma science kok oom. kan international. jadi korea cuma pilihan biasa." jawab lim sambil celingak-celinguk, ngeliatin rumah oom kim. "kok kayak rumah jepang ya oom?"
"kan istri oom orang jepang. ayako namanya. kalo oom memang asli korea." jawab si oom sambil nyeruput teh ijonya.
"oom belajar indo dari mama?" tanya lim lagi yang penasaran ama si oom yang gantengnya kayak bintang pelem korea itu.
"betul. oom memang dituntut untuk mengerti bahasa rekan oom. mama kamu juga begitu. jadi kita ini kaya akan bahasa. hahahaha. nah itu injeung" kata si oom sewaktu ngeliat anaknya turun dari tangga. lim menoleh ke arah tangga. disana dia liat cewek yang gak kalah menawannya dari bintang korea. tapi sayangnya in jeung pendek. "hai lim. sel-ameut- siangeun" kata in jeung dalam bahasa indonesia.
"hah?" tanya lim kebingungan. "yongseo? (maaf?)"
"ah, mian. annyeong (ah, maaf. selamat siang.)" jawab in jeung cepet=cepet. kayaknya dia malu karna bahasa indonya aneh bener.
"oh, annyeong." jawab lim yang jadi rada ilfil ama in jeung.
"dah sana kalian pergi aja." kata si oom kim sambil ngedipin mata ke lim. lalu tante kim nganter lim dan in jeung ke pintu keluar dan ngelambaiin tangan tanda perpisahan. "euh, si tante ama oom. semanget amat sih ngusirnya." kata lim sebel saat mereka udah di luar pager.
"huh?" tanya in jeung heran.
"nega yeongeoneun malhamnida? (kamu berbicara bhs inggris)" tanya lim
"a little." jawab in jeung dengan aksen yang aneh. "heuh, malah lebih aneh lu ngomong inggris." celoteh lim seenaknya karna in jeung gak bisa bhs indo. "huh?" tanya in jeung lagi. "geu geosi mueosimnikka? (apaan tuh)" tanya lim pas ngeliat bawaan injeung yang segede karung (hiperbol. jangan anggap serius dong. namanya juga cerita). "oh. gimbab." jawab in jeung.
"nuga gimbabeul meokgesseoyo?(sape yang mau makan kimbab?)" tanya lim.
"neo? andwaeh? (u emang gak mau?)" tanya in jeung
"naega? jeo gimbabeul siroyo. (gw benci kimbab. sorry-sorry deh ya.)" jawab lim tanpa peduli si in jeung udah manyun-manyun.
"we take the bus or what?" tanya lim lagi.
"mollayo. cinemaneun odieyo? (gatau. mank nonton di bioskop mane kita?)" jawab injeung sambil ngeliat lim yang dari tadi ogah-ogahan. "michyeoksseo.(edan)" gumam injeung yang sebenernya dari tadi lumayan ngerti omongan indonesia lim.
"mo?(apa?)" lim balik naya ke injeung. in jeung cuma geleng-geleng kepala sambil senyum "edan." gumam lim.
".ummm. yeogi.(nih)" lim nyerahin tiket yang tadi mamanya kasih.
"oh, it's near. take the bus." jawab in jeung sambil ngasih balik tiketnya ke lim.
"oke. then."
mereka lalu naek bus dan duduk paling belakang. lim jalan cepet-cepet sengaja pengen duduk di deket jendela. in jeung ngikutin aja dari belakang karna ngira lim bakal nyediain tempat duduk buat dia. "ahh" gumam lim waktu duduk deket jendela. "u, here. sit!" kata lim ke in jeung. "hacima, .." kata in jeung sambil nunjuk kursi yang lim dudukin.
"heuh. siro! i gyeon naekkyeoyo. (ogah, ni tempat gw.)" kata lim sambil melotot. in jeung manyun-manyun lalu duduk di sebelah lim. dia ngeluarin kimbabnya lalu makan dengan lahap. lim diem-diem ngeliatin in jeung makan. dasar lim, dia tergoda juga pengen makan kimbab. perutnya tiba-tiba ngeluarin bunyi aneh. in jeung ngelirik lim, tapi lim memelingkan mukanya.
"meogubsida(makanlah)" kata in jeung sambil nyodorin kimbabnya. lim natap in jeung tepat di matanya. in jeung juga natap lim tepat di matanya. in jeung senyum dan mungkin lagi mikir, tersentuh juga lu ama kebaikan gw!!.
"kamsah.(thx)" kata lim dengan suara gak jelas, tapi masih ngeliat in jeung. in jeung pun masih tersihir ama tatapan matanya lim. lalu lim kembali ngeliat pemandangan lewat jendela. in jeung masih aja ngeliatin lim sambil mesem-mesem sendiri. lalu ia nundukin kepalanya dan langsung melotot kaget. kimbab yang tadinya masih ada delapan biji tiba-tiba ludes entah kemana.. ia negliatin ke bawah kursi, ke kursi depan ama sebelahnya. gak ada tanda-tanda kimbab itu. "eeuuu" si lim bersendawa keras sekali. akhirnya in jeung menemukan si tersangka. lim yang pura-pura gak ada apa-apa nyantai aja liat pemandangan. di dalam hatinya in jeung maki-maki lim. "wae? (nape mas?)" tanya lim yang seakan ngedengar in jeung ngomong. "andwae. (ga papa)" sahut in jeung sambil senyum.
"euhm, ehm." dehem si lim yang lumayan malu. in jeung lalu ngulurin tangannya ke arah wajah lim. wajah lim berubah jadi merah. waduh, ni cewek korea nekad amat. wahhhhh. kata si lim dalem hati. "in jeung, ehm, yeogi. (ini..)" kata lim sabil pura-pura jual mahal. in jeung semakin ngedeketin tangannya ke arah lim. jantung lim mulai dag dig dug jerr saat tangan in jeung makin mendekatinya. lim nutup matanya sambil nikmatin irama dag dig dug di jantungnya. "siro!! jeongmal andwehnayo!! (tidak! gak bisa!)" celoteh lim pelan-pelan. akhirnya lim ngebuka matanya. "in jeung ssi! (nona in jeung!)" teriak lim. itapi in jeung tetep gak berenti. lim nutup matanya lagi sambil nahan jantungnya yang udah mau lompat. lim ini memang polos banget. dia baru pacaran tujuh kali (loh kok dibilang polos??). dia memang cakep. yang nembak duluan juga cewek-cewek. dia cuma asal nerima aja. cuma karna dia lebih cinta film daripada cewek. makanya ceweknya bales mutusin dia. cuma akhir-akhir ini dia memang lagi puasa pacaran, selain karna ini korea dan dia masih mikirin indra. friendship is forever banget buat si lim ini.
off to the topic
"jangan..jangan!!" teriak lim saat tangan in jeung nyentuh ujung rambut lim. tiiiiiiiittt. bel berbunyi tepat saat lim berhenti berteriak. seantero bus ngeliatin lim yang mukanya udah kayak udang rebus. "neo gwaenchana? (bae2 aja lu?)" tanya in jeung sambil berdiri dari tempat duduknya. "neo! wae?" tanya lim kikuk.
"in jeung-a-,, cinema-eun, odieyo? (jeung dimana nih bioskopnya? lame amed kita nyampenya.)" tanya lim sambil nyeret-nyeret kakinya kayak prajurit abis kalah dalam perang.
"hum." jawab in jeung sambil nunjuk ke sebuah bangunan super gede dan mewah. lim lalu sambil melongo jalan ke bangunan itu sambil ngebayangin gimana rupa bioskop itu.
"lim!!!!" teriak in jeung sambil nyuruh lim ngedeket ke in jeung.
"mo (ape?)" tanya lim sambil terus melongoin bangunan gede nan mewah itu.
"not there. there!" jelas in jeung sambil nunjuk ke bangunan di sebelah bangunan gede nan mewah itu.
mereka lalu naek bus dan duduk paling belakang. lim jalan cepet-cepet sengaja pengen duduk di deket jendela. in jeung ngikutin aja dari belakang karna ngira lim bakal nyediain tempat duduk buat dia. "ahh" gumam lim waktu duduk deket jendela. "u, here. sit!" kata lim ke in jeung. "hacima, .." kata in jeung sambil nunjuk kursi yang lim dudukin.
"heuh. siro! i gyeon naekkyeoyo. (ogah, ni tempat gw.)" kata lim sambil melotot. in jeung manyun-manyun lalu duduk di sebelah lim. dia ngeluarin kimbabnya lalu makan dengan lahap. lim diem-diem ngeliatin in jeung makan. dasar lim, dia tergoda juga pengen makan kimbab. perutnya tiba-tiba ngeluarin bunyi aneh. in jeung ngelirik lim, tapi lim memelingkan mukanya.
"meogubsida(makanlah)" kata in jeung sambil nyodorin kimbabnya. lim natap in jeung tepat di matanya. in jeung juga natap lim tepat di matanya. in jeung senyum dan mungkin lagi mikir, tersentuh juga lu ama kebaikan gw!!.
"kamsah.(thx)" kata lim dengan suara gak jelas, tapi masih ngeliat in jeung. in jeung pun masih tersihir ama tatapan matanya lim. lalu lim kembali ngeliat pemandangan lewat jendela. in jeung masih aja ngeliatin lim sambil mesem-mesem sendiri. lalu ia nundukin kepalanya dan langsung melotot kaget. kimbab yang tadinya masih ada delapan biji tiba-tiba ludes entah kemana.. ia negliatin ke bawah kursi, ke kursi depan ama sebelahnya. gak ada tanda-tanda kimbab itu. "eeuuu" si lim bersendawa keras sekali. akhirnya in jeung menemukan si tersangka. lim yang pura-pura gak ada apa-apa nyantai aja liat pemandangan. di dalam hatinya in jeung maki-maki lim. "wae? (nape mas?)" tanya lim yang seakan ngedengar in jeung ngomong. "andwae. (ga papa)" sahut in jeung sambil senyum.
"euhm, ehm." dehem si lim yang lumayan malu. in jeung lalu ngulurin tangannya ke arah wajah lim. wajah lim berubah jadi merah. waduh, ni cewek korea nekad amat. wahhhhh. kata si lim dalem hati. "in jeung, ehm, yeogi. (ini..)" kata lim sabil pura-pura jual mahal. in jeung semakin ngedeketin tangannya ke arah lim. jantung lim mulai dag dig dug jerr saat tangan in jeung makin mendekatinya. lim nutup matanya sambil nikmatin irama dag dig dug di jantungnya. "siro!! jeongmal andwehnayo!! (tidak! gak bisa!)" celoteh lim pelan-pelan. akhirnya lim ngebuka matanya. "in jeung ssi! (nona in jeung!)" teriak lim. itapi in jeung tetep gak berenti. lim nutup matanya lagi sambil nahan jantungnya yang udah mau lompat. lim ini memang polos banget. dia baru pacaran tujuh kali (loh kok dibilang polos??). dia memang cakep. yang nembak duluan juga cewek-cewek. dia cuma asal nerima aja. cuma karna dia lebih cinta film daripada cewek. makanya ceweknya bales mutusin dia. cuma akhir-akhir ini dia memang lagi puasa pacaran, selain karna ini korea dan dia masih mikirin indra. friendship is forever banget buat si lim ini.
off to the topic
"jangan..jangan!!" teriak lim saat tangan in jeung nyentuh ujung rambut lim. tiiiiiiiittt. bel berbunyi tepat saat lim berhenti berteriak. seantero bus ngeliatin lim yang mukanya udah kayak udang rebus. "neo gwaenchana? (bae2 aja lu?)" tanya in jeung sambil berdiri dari tempat duduknya. "neo! wae?" tanya lim kikuk.
"in jeung-a-,, cinema-eun, odieyo? (jeung dimana nih bioskopnya? lame amed kita nyampenya.)" tanya lim sambil nyeret-nyeret kakinya kayak prajurit abis kalah dalam perang.
"hum." jawab in jeung sambil nunjuk ke sebuah bangunan super gede dan mewah. lim lalu sambil melongo jalan ke bangunan itu sambil ngebayangin gimana rupa bioskop itu.
"lim!!!!" teriak in jeung sambil nyuruh lim ngedeket ke in jeung.
"mo (ape?)" tanya lim sambil terus melongoin bangunan gede nan mewah itu.
"not there. there!" jelas in jeung sambil nunjuk ke bangunan di sebelah bangunan gede nan mewah itu.
