Friday, 19 November 2010

THE LAST KEY KEPPER

PART 1


1.Davis

Alan Davis membenamkan wajahnya ke air untuk menghilangkan rasa kantuk sekaligus untuk menyegarkan matanya yang selama lima hari ini dipaksa untuk membaca. Bukan salahnya jika ia bertemperamental tinggi, bermuka agak tua dan sedikit pendek. Atau mungkin hampir ‘kerdil’. Yang menjadi masalahnya adalah saat nama ‘Davis’-nya dipertanyakan. Keluarga Davis terkenal akan paras yang elok, sikap yang anggun dan tubuh yang tinggi semampai. “Apakah aku ini anakmu, ibu?” itulah kata-kata favorit yang akan Alan ucapkan di setiap akhir pesta. Ia sudah muak diinterograsi tentang identitasnya sebagai seorang Davis, bahkan sampai umurnya yang ke tiga puluh ini.

Alan menyeka wajahnya dengan handuk dan kembali mengenyakkan dirinya ke sofa empuk tempat favoritnya untuk membaca. Sekali-kali diliriknya perkamen-perkamen kuno yang bertebaran di meja bacanya. Dikejap-kejapkan matanya untuk menghilangkan kantuk yang selama ini telah menyelimutinya. Ia mengambil salah satu perkamen yang telah menguning dan dimakan rayap di sisi-sisinya. Berulang kali ia membaca isi perkamen itu dengan wajah tak percaya. Namun justru isi dari perkamen itulah yang membuatnya memutuskan untuk melakukan perjalanan dari inggris ke kairo.

Untuk seorang Davis, merupakan hal yang mudah untuk mencapai ke suatu Negara. Dengan mudah Davis dapat menerima bantuan, tempat tinggal dan penjagaan. Seperti saat anggota keluarga Davis yang lainnya sampai di Paris, mereka langsung diberi perlakuan khusus. tinggal di istana Negara, makan enak dan diberi bekal. Oh, juga ada hiburan-hiburan menarik lainnya. Tapi sayangnya, khususnya, bagi Alan. Ia harus membuktikan ke-Davis-annya terlebih dahulu untuk mendapatkan hal istimewa tersebut. Dia harus membawa lebih kurang dari lima belas perkamen yang membuktikan bahwa ia memang seorang Davis, ditambah lagi ia harus menunjukkan lencana-lencana dan menguraikan sejarah keluarga Davis saat ia mengunjungi Praha untuk sekerat roti. Bahkan saat Alan mengunjungi Jerman, ia butuh waktu berhari-hari untuk membuktikan bahwa dia adalah Davis, Sehingga kadang dia enggan untuk bermalam di suatu negeri dan hanya melewatinya saja, karna memang tak ada gunanya membuang-buang waktu bagi orang yang tak percaya jika dia seorang Davis.

0 comments:

Post a Comment