PART 1
1.Davis
Alan Davis membenamkan wajahnya ke air untuk menghilangkan rasa kantuk sekaligus untuk menyegarkan matanya yang selama lima hari ini dipaksa untuk membaca. Bukan salahnya jika ia bertemperamental tinggi, bermuka agak tua dan sedikit pendek. Atau mungkin hampir ‘kerdil’. Yang menjadi masalahnya adalah saat nama ‘Davis’-nya dipertanyakan. Keluarga Davis terkenal akan paras yang elok, sikap yang anggun dan tubuh yang tinggi semampai. “Apakah aku ini anakmu, ibu?” itulah kata-kata favorit yang akan Alan ucapkan di setiap akhir pesta. Ia sudah muak diinterograsi tentang identitasnya sebagai seorang Davis, bahkan sampai umurnya yang ke tiga puluh ini.
Alan menyeka wajahnya dengan handuk dan kembali mengenyakkan dirinya ke sofa empuk tempat favoritnya untuk membaca. Sekali-kali diliriknya perkamen-perkamen kuno yang bertebaran di meja bacanya. Dikejap-kejapkan matanya untuk menghilangkan kantuk yang selama ini telah menyelimutinya. Ia mengambil salah satu perkamen yang telah menguning dan dimakan rayap di sisi-sisinya. Berulang kali ia membaca isi perkamen itu dengan wajah tak percaya. Namun justru isi dari perkamen itulah yang membuatnya memutuskan untuk melakukan perjalanan dari inggris ke kairo.
0 comments:
Post a Comment